Pemekaran Propinsi RIAU
Propinsi Riau
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia
yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera.
Provinsi ini termasuk salah satu provinsi makmur di Indonesia, dengan gross
regional product per kapita sebesar USD 7.886 (2008). Secara etimologi kata
Riau berasal dari bahasa Portugis, Rio berarti sungai. Pada tahun 1514 terdapat sebuah
ekspedisi militer Portugis menelusuri Sungai Siak,
dengan tujuan mencari lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada
kawasan tersebut, dan sekaligus mengejar pengikut Sultan Mahmud Syah yang melarikan diri
setelah kejatuhan Malaka.
Luas wilayah provinsi Riau adalah
87.023,66 km², yang membentang dari lereng Bukit
Barisan hingga Selat Malaka. Riau memiliki iklim tropis basah dengan
rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun, serta
rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari. Penduduk provinsi Riau terdiri dari
bermacam-macam suku bangsa. Mereka terdiri dari Jawa
(25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak
(7,31%), Banjar
(3,78%), Tionghoa
(3,72%), dan Bugis (2,27%). Suku Melayu
merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari seluruh penduduk
Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai,
Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan
Inderagiri Hilir. Namun begitu, ada juga masyarakat asli bersuku rumpun
Minangkabau terutama yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan
Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan
Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau ataupun
Batak. Bahasa pengantar masyarakat provinsi Riau pada umumnya menggunakan Bahasa
Melayu dan Bahasa Indonesia.
Pada provinsi ini terdapat beberapa
perusahaan berskala internasional yang bergerak di bidang minyak bumi dan gas
serta pengolahan hasil hutan dan sawit. Selain itu terdapat juga industri
pengolahan kopra
dan karet.kabupaten
dan kota dipropinsi riau:
Kabupaten
Bengkalis
Kabupaten Indragiri Hilir
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di pantai Timur pulau Sumatera, merupakan gerbang selatan Propinsi Riau, dengan luas daratan 11.605,97 km² dan peraiaran 7.207 Km² berpenduduk kurang lebih 683.354 jiwa yang terdiri dari berbagai etnis, Indragiri Hilir yang sebelumnya dijuluki ”Negeri Seribu Parit” yang sekarang terkenal dengan julukan “NEGERI SERIBU JEMBATAN” dikelilingi perairan berupa sungai-sungai besar dan kecil, parit, rawa-rawa dan laut, secara fisiografis Kabupaten Indragiri Hilir beriklim tropis merupakan sebuah daerah dataran rendah yang terletak diketinggian 0-4 meter di atas permukaan laut dan dipengaruhi oleh pasang surut. Pada awal kemerdekaan Indonesia, Indragiri (Hulu dan Hilir) masih merupakan satu kabupaten. Kabupaten Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu Kewedanaan Kuantan Singingi dengan ibu kotanya Teluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri Hulu dengan ibu kotanya Rengat dan Kewedanaan Indragiri Hilir dengan ibu kotanya Tembilahan. Kebun Kelapa identik dengan Indragiri Hilir dan Indragiri Hilir adalah sentra kebun kelapa paling luas di Indonesia, menjadi hamparan kebun kelapa dunia. Di sini pohon-pohon kelapa tumbuh dengan suburnya dari lahan-lahan yang semula hutan rawa-rawa.
Kabupaten
Indragiri Hulu
Luas wilayah Kabupaten Indragiri
Hulu meliputi 8.198.26 km² (819.826,0 Ha) yang terdiri dari daratan rendah,
daratan tinggi rawa-rawa dengan ketinggian 50-100m diatas permukaan laut.
Kabupaten Indragiri Hulu terletak di : 0°15’ Lintang Utara, 1°5’ Lintang Selatan,
101°10’ Bujur Timur, 102°48’ Bujur Timur. Kabupaten Indragiri Hulu Berbatasan
dengan :
- Sebelah Utara denga kabupaten
Pelalawan
- Sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bungo Tebo(Propinsi Jambi)
- Sebelah barat dengan Kabupaten
Kuantan Singingi
- Sebelah timur dengan Kabupaten
Indragiri Hilir
Zaman sebelum VOC Pemerintahan kolonial belanda datang dan memerintah di
indonesia daerah Indragiri Hulu dan Teluk Kuantan merupakan
Kerajaan. Kerajaan Indragiri diperintah oleh Raja atau Sultan yang
berkedudukan di Pekan Tua yang terletak sekitar 75 Km sebelah timur kota
rengat.Raja pertamanya adalah Raja Kocik Mambang alias Raja Melayu 1 yang
memerintah dari tahun 1298 sampai tahun 1337 dan raja terakhir yang memerintah
adalah Tengku Muhammad dengan gelar Sultan Muhammad Syeh.Wilayah Kerajaan
Indragiri pada waktu itu meliputi Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten
Indragiri Hulu sekarang, kecuali Kecamatan Cerenti, Kuantan Hilir, Kuantan
Tengah, Kuantan Mudik yang merupka bagian dari Kerajaan Kuantan sedangkan
Kuantan Singingi pada waktu itu termasuk wilayah I Kerajaan Siak. Penduduk di
Kabupaten Indragiri Hulu dari berbagai macam suku bangsa sebahagian besar
adalah suku Melayu, yang mana sampai saat ini suku Melayu tersebut masih
memegang teguh adat istiadatnya terutama penduduk yang berada dipedesaan
(kampung), demikian juga dengan para pendatang di Kabupaten Indragiri Hulu
selain mereka memegang adat istiadatnya sendiri yang sesuai dengan latar
belakang kehidupan sukunya, mereka juga ikut berbaur dengan adat istiadat
daerah ini sehingga adat istiadat/kebudayaan di Kabupaten Indragiri Hulu tetap
lestari, baik dalam upacara adat, upacara tradisional serta berbagai bentuk
sastra lisan lainnya. Secara umum penduduk Indragiri Hulu saling berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa Malayu yakni bahasa Ibunya. Selain
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, disamping bahasa Melayu di daerah ini
juga terdapat bahasa Minang, Jawa, Batak, dll. Potensi sumber daya alam
terbesar di daerah ini adalah sektor pertambangan yaitu Minyak bumi, Emas, Batu
Bara, Pasir Kuarsa, dll. Sesuai dengan keadaan tanahnya, daerah ini memiliki
potensi yang cukup besar untuk pengembangan di bidang pertanian dan perkebunan.
Kabupaten
Kampar
Kabupaten Kuantan Singingi
Perahu Baganduang adalah atraksi budaya dan perayaan masyarakat Kuantan ditandai dengan parade sampan tradisional yang dihiasi dengan berbagai ornamen dan warna-warna yang menarik. Randai adalah kesenian khas dari Minangkabau, yakni perpaduan antara seni bela diri dengan tarian yang diiringi musik tradisional. Biasanya pertunjukkan ini berlangsung semalaman dan menceritakan tentang legenda di daerah tersebut. Selain di Kuansing, Randai juga terdapat di bagian lain Minangkabau.
Kabupaten
Pelalawan
Struktur wilayah merupakan daratan rendah dan bukit-bukit, dataran rendah membentang ke arah timur dengan luas wilayah mencapai 93 % dari total keseluruhan. Secara fisik sebagian wilayah ini merupakan daerah konservasi dengan karakteristik tanah pada bagian tertentu bersifat asam dan merupakan tanah organik, air tanahnya payau, kelembaban dan temperatur udara agak tinggi. Dikabupaten Pelalawan Penduduknya merupakan Penduduk yang heterogen yang terdiri dari berbagai jenis suku dan bahasa. Namun walaupun merupakan masyarakat yang heterogen penduduk yang ada di Kabupaten Pelalawan baik penduduk asli maupun para pendatang hidup dalam lingkungan yang harmonis. Suku yang utama yang terdapat di Kabupaten Pelalawan adalah suku Melayu, sedangkan suku pendatang yang ada di Kabupaten Pelalawan ini cukup banyak yaitu suku Minang, suku Batak, suku Aceh, suku Jawa, suku Sunda, Banjar dan Bugis. Dikabupaten Pelalawan ini juga terdapat suku asli pedalaman yaitu suku Mamak,suku Laut dan Suku sakai.
Kabupaten
Rokan Hilir
Rokan Hilir terbagi dalam 15 kecamatan dan 83 desa. Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas wilayah 8.881,59 km2 atau 888.159 ha, terletak pada kordinat 101´21 BT. Wilayah ini memiliki tanah yang sangat subur dan menjadi lahan persawahan padi terkemuka di Provinsi Riau.
Kabupaten
Rokan Hulu
Namun di sekitar Rokan Hulu sebelah Utara dan Barat Daya, ditemukan penduduk asli yang memiliki kedekatan sejarah dengan etnis Rumpun Batak di daerah Padang Lawas di Provinsi Sumatera Utara.
Tuanku Tambusai adalah salah seorang tokoh pejuang dari Rokan Hulu dalam Perang Paderi di awal abad ke XIX. Pada masa itu daerah Rokan Hulu masih bagian integral dari wilayah Minangkabau di bawah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung. Di Kabupaten Rokan Hulu terdapat beberapa sungai, 2 diantaranya adalah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Rokan Kanan dan Sungai Rokan Kiri. Selain sungai besar tersebut, terdapat juga sungai-sungai kecil antara lain Sungai Tapung, Sungai Dantau, Sungai Ngaso, Sungai Batang Lubuh, Sungai Batang Sosa, Sungai Batang Kumu, Sungai Duo (Langkut), dan lain-lain.
Kabupaten
Siak
Kemudian wilayah ini menjadi wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999, meningkat statusnya menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura. Secara geografis Kabupaten Siak terletak pada koordinat 10 16’ 30” — 00 20’ 49” Lintang Selatan dan 1000 54’ 21” 102° 10’ 59” Bujur Timur. Secara fisik geografls memiliki kawasan pesisir pantai yang berhampiran dengan sejumlah negara tetangga dan masuk kedalam daerah segitiga pettumbuhan (growth triangle) Indonesia - Malaysia - SingapuraBentang alam Kabupaten Siak sebagian besar terdiri dari dataran rendah di bagian Timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat. Pada umumnya struktur tanah terdiri dan tanah podsolik merah kuning dan batuan dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah.
Selain dikenal dengan Sungai Siak yang membelah wilayah Kabupaten Siak, daerah ini juga terdapat banyak tasik atau danau yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan.
Kabupaten
Kepulauan Meranti
Pembentukan Kabupaten Meranti merupakan pemekaran dari kabupaten Bengkalis dibentuk pada tanggal 19 Desember 2008, Dasar hukum berdirinya kabupaten Kepulauan Meranti adalah Undang-undang nomor 12 tahun 2009, tanggal 16 Januari 2009. Kota Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Meranti, duhulu merupakan salah satu bandar (kota) yang paling sibuk dan terkenal perniagaan di dalam kesultanan Siak. Secara geografis kabupaten Kepulauan Meranti berada pada koordinat antara sekitar 0° 42' 30" - 1° 28' 0" LU, dan 102° 12' 0" - 103° 10' 0" BT
Kota Dumai
Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Diresmikan sebagai kota pada 20 April 1999, dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 setelah sebelumnya sempat menjadi kota administratif (kotif) di dalam Kabupaten Bengkalis. Pada awal pembentukannya, Kota Dumai hanya terdiri atas 3 kecamatan, 13 kelurahan dan 9 desa dengan jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat kepadatan 83,85 jiwa/km2. Rata-rata ketinggian adalah 3 meter di atas muka laut. Wilayah Kota Dumai beriklim tropis dengan curah hujan antara 100-300 cm dan suhu udara 24-30 °C dengan kondisi tanah rawa bergambut. Kota Dumai yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Melayu, Batak, Minang sebagai warga mayoritas, Jawa, Bugis, dan Tionghoa adalah sebanyak 286.000 jiwa dengan kepadatan rata-rata 156 jiwa/km² dan laju pertumbuhan sebesar 3,7% per tahun. Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk penduduknya. Kota Dumai mempunyai keragaman suku dan budaya, selain memiliki budaya asli yaitu budaya Melayu, pengaruh budaya dari provinsi tetangga juga sangat terasa, seperti budaya Minangkabau (Sumatera Barat) karena dikota Dumai sendiri suku Minangkabau sangat dominan. Keragaman yang ada merupakan aset yang bisa menghasilkan devisa. Kebudayaan Melayu dianggap sebagai "Roh Pembangunan Kota Dumai" dengan cara menjabarkan nilai-nilai budayanya sebagai inspirasi dan dasar pembangunan. Pelaksanaan pembangunan dibidang kebudayaan telah meningkatkan daya tarik/promosi daerah tentang seni budaya daerah.
Kota Pekanbaru
Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota dagang yang multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan bersama untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka. Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar. Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34.1 °C hingga 35.6 °C, dan suhu minimum antara 20.2 °C hingga 23.0 °C. Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.
Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,96% dari total penduduk kota.
Propinsi Kepulauan Riau
Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil yang 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 km², sekitar 95% merupakan lautan dan hanya sekitar 5% daratan.
Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga. Secara geografis provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga, yaitu Singapura, Malaysia dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251.810,71 km² dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1.350 pulau besar dan kecil.Suku bangsa yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau adalah Melayu, Bugis, Jawa, Arab, Tionghoa, Padang, Batak, Sunda dan Flores.Kabupaten dan kotaIbukota provinsi di kota Tanjung Pinang.
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Ibu kota
|
1
|
||
2
|
||
3
|
||
4
|
||
5
|
||
6
|
-
|
|
7
|
-
|
.
Komentar
Posting Komentar